Mulai Agresif dan Ofensif, Jokowi Takut Menghadapi Kekuatan Prabowo?

slidegossip.com - Jika diperhatikan, belakangan ini Joko Widodo (Jokowi) sempat beberapa kali menjalankan aksi-aksi politik di luar dari biasanya. Kini Jokowi cenderung lebih agresif 'melancarkan serangan' untuk lawan-lawan politiknya lewat pernyataan-pernyataannya yang terbilang ofensif, misalnya dengan menyebut 'politisi sontoloyo' dan 'politisi genderuwo'. Seperti dilansir dari pinterpolitik.com (13/11/2018), istilah-istilah tersebut bisa dibilang ada di luar zona politik Jokowi yang biasanya dikenal santun dan halus. Hal tersebut juga seolah menjadi 'serangan untuk bertahan' bagi Jokowi. Elektabilitas dirinya yang hanya tipis berada di atas 50 persen, angka yang terbilang tidak aman untuk petahana, sangat mungkin menjadi alasan kuat Jokowi hingga ia berani keluar dari zona politiknya yang nyaman.

 
Prabowo dan Jokowi (foto: merdeka.com)

Sebelumnya publik sudah mendengar istilah 'politikus sontoloyo' yang dilontarkan Jokowi untuk menyebut lawan-lawan politiknya yang sering kali menyinggung program pemerintah sebagai alat pencitraan serta untuk mempengaruhi pemilih menjelang Pilpres 2019 yang sudah di depan mata. Sedangkan istilah 'politikus genderuwo' digunakan Jokowi untuk menyebut lawan politiknya yang sering menyebar ketakutan di tengah masyarakat.

Namun tentu saja dalam konteks tersebut, pihak yang disebut-sebut sering menggunakan 'politik ketakutan' tertuju pada Prabowo Subianto yang menjadi lawan tempur Jokowi pada Pilpres 2019 mendatang. Narasi politik yang disampaikan Prabowo tentang kehancuran Indonesia di tahun 2030, terjadinya kebocoran kekayaan negara, ketimpangan sosial yang semakin besar, serta harapan hidup sejahtera yang semakin susah terpenuhi disebut-sebut sebagai bagian dari politik ketakutan yang disinggung Jokowi itu.

Lalu apakah Jokowi kini mulai menggunakan pendekatan yang berbeda dari biasanya untuk melawan Prabowo? Ataukah ini hanya bagian lain dari ekspresi politik yang ditunjukkan Jokowi sebagai bentuk kekesalan sesaat saja? Jika ditelusuri lebih dalam, sejak awal kemunculannya di hadapan publik sebagai Wali Kota Solo, konstruksi citra politik Jokowi memang sudah lekat dengan latar belakangnya sebagai sosok pria Jawa yang cenderung sopan, halus, berusaha menghindari konfrontasi, dan suka akan simbol-simbol sebagai cara komunikasi yang tidak langsung.

Mungkin sangat jarang kita melihat Jokowi emosi atau marah-marah di depan publik, walau bukan berarti hal itu tidak pernah terjadi. Setidaknya, sifat Jokowi sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan Prabowo yang terbilang sering mengumbar amarah di panggung-panggung orasi politiknya. Namun ada beberapa pandangan yang bisa dijadikan penjelasan mengapa kini Jokowi mulai menggunakan strategi yang lebih ofensif, entah sebagai bentuk serangan balik atau memang ditujukan benar-benar untuk menyerang lawan politiknya. Salah satu yang memang paling memungkinkan adalah pandangan yang umumnya percaya bahwa strategi bertahan dalam politik yang terbaik adalah dengan cara menyerang, seperti kata ahli strategi perang legendaris asal Tiongkok kuno, Sun Tzu.

Lalu apakah sikap agresif dan ofensif yang ditunjukkan Jokowi merupakan tanda bahwa Jokowi mulai takut menghadapi kekuatan Prabowo? Hasil survei Litbang Kompas pada bulan Oktober 2018 lalu menunjukkan bahwa elektabilitas Jokowi-Ma’ruf Amin hanya menyentuh angka 52,6 persen, dan 32,7 persen menjadi milik Prabowo-Sandiaga Uno. Jika dibandingkan dengan survei Litbang Kompas pada bulan Oktober 2017, peningkatan dukungan untuk Jokowi hanya naik 6 persen. Sedangkan dukungan untuk Prabowo mencapai 3 kali lipat milik Jokowi dari 18 persen berdasarkan survei tahun lalu tersebut.

Hal itu berarti bahwa Prabowo terbilang mampu mengkapitalisasi isu politik. Mulai dari gerakan #2019GantiPresiden, kritik-kritiknya di bidang ekonomi, serta serangan-serangan kampanye di akar rumput, yang pada kenyataannya efektif mendongkrak elektabilitas Prabowo. Dengan demikian, Jokowi memang membutuhkan strategi kampanye baru agar bisa mengamankan peluangnya untuk terpilih lagi pada Pilpres 2019. Strategi menyerang yang dipakai Jokowi saat ini bisa jadi sengaja dipilih untuk mengkapitalisasi keunggulan dirinya dibanding Prabowo, ketakanlah yang disebutnya sontoloyo dan genderuwo itu. Sementara Prabowo sendiri masih sangat kuat secara politik, sehingga hal itulah yang mungkin saja menjadi alasan kuat Jokowi menggunakan cara yang keluar dari zona citra politik dirinya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Mulai Agresif dan Ofensif, Jokowi Takut Menghadapi Kekuatan Prabowo?"

Posting Komentar